Photobucket Ad here !!



Photobucket Copy diblog panjenengan, matur nuwun

Hasil belajar dari Blog Mas Rahman, Nuwun
Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x
Product ...

Services ...

free hit counters
Bloomingdales Coupon

Visitors since Feb/26/2007
Other things Banner Pertama




www.flickr.com
This is a Flickr badge showing public photos from Griya Batik Nugraha Laweyan. Make your own badge here.

Other things ...







Solo dalam Gambar

Belajar menyulam : Klik dibawah inihttp://jemarik...




















Downloads
Technology News
Templates
Web Hosting
Articles
Games
Blogger
Google



www.flickr.com

Blogger

FinalSense

Amazon

Yahoo

Ebay

<$BlogDateHeaderDate$>
Kampung Laweyan Membuka Diri
Sumber : Republika.co.id

Seiring perkembangan dunia pertekstilan, batik Laweyan mengalami persaingan yang makin berat.


Masyarakat Kampung Laweyan siap membuka diri pada dunia luar. Masyarakat dari wilayah bersejarah di jantung kota Solo ini siap menerima pengunjung untuk masuk, mengenal sejarah, mengapresiasi produksi dan juga berbelanja batik produksi mereka di tempat.

''Mereka merindukan kunjungan dari luar,'' kata Krisnina Akbar Tandjung, ketua umum Yayasan Warna Warni Indonesia (WWI) yang didampingi Poppy Dharsono, Inti Subagyo, dan Esther Sulaiman, dalam jumpa pers di Jakarta, pekan lalu. Untuk kepentingan promosi kawasan tua tersebut, Nina, sapaan Krisnina, dan kawan-kawan mengadakan acara Wisata Kampung Batik bertema Mengenal Kampung Batik Laweyan pada 5-7 April 2007. Untuk membantu para pedagang Laweyan menarik pembeli, mereka memfasilitasi penataan rumah produsen berikut showroom-nya dan mengadakan penghijauan di kawasan itu.





Sebanyak 90 persen penghuni kampung Laweyan bermata pencaharian di dunia perbatikan. Produksi mereka adalah batik cap untuk kalangan menengah ke bawah. ''Batik Laweyan dulu pernah berjaya,'' kata Nina, wanita asli Solo ini. Sisa-sisa kejayaan itu masih tampak dari beberapa rumah indah para saudagar batik Solo dengan arsitektur art deco. ''Rumah-rumah yang kita tidak bisa bayangkan dimiliki orang kita di masa itu,'' kata Poppy Dharsono, perancang mode, yang juga terlibat dalam acara wisata ini.

Sayangnya, seiring perkembangan dunia pertekstilan, batik Laweyan mengalami persaingan yang makin berat. Begitu juga penghidupan warganya. Para keturunan pemilik rumah-rumah indah itu pun kesulitan merawat peninggalan berharga tersebut. Keindahan itu tak pernah tampak karena tertutup oleh dinding-dinding yang tinggi mengelilingi perkampungan tersebut. Usaha membuka diri dari warga Laweyan sebenarnya sudah dilakukan beberapa tahun lalu. Tapi, upaya itu tak tampak gereget-nya. Maka, kali ini WWI bekerja sama dengan Forum Pengembangan Kampung Batik Laweyan mengupayakan lagi agar kenangan dan penghargaan terhadap Laweyan menjadi pupus. ''Kami ingin mengedepankan dan mengenali kebanggaan yang kita miliki,'' ujar Nina lagi.

Dalam acara Wisata Kampung Batik itu, rencananya diadakan peluncuran buku Mbok Mase: Pengusaha Batik Laweyan Awal Abad 20 (5/4), jalan-jalan mengenal Kampung Laweyan (6/4), dan seminar tentang batik yang diikuti dengan pameran (7/4). Dalam sejarahnya, Kampung Laweyan terkenal sebagai kawasan independen. Kawasan ini sudah dikenal sejak zaman Kerajaan Pajang. Rajanya, Sultan Hadiwijoyo memberikan wilayah Laweyan status otonom (perdikan) pada Kiai Ageng Nis, dari kekuasaan kerajaan.

Sebagai perdikan, masyarakat Laweyan tidak terpengaruh pada kebudayaan feodal dengan kelompok bangsawan dan priyayi. Mereka cenderung mandiri, egaliter, dan 'berani' kepada Pemerintah Kolonial Belanda. Mereka dikenal sebagai masyarakat yang memiliki jiwa dagang. Sejarah mencatat kawasan ini sebagai tempat lahirnya organisasi pergerakan pribumi yang pertama, Sarikat Dagang Islam yang didirikan KH Samanhudi, seorang pedagang batik, pada 1905. Organisasi ini di bawah kepemimpinan HOS Tjokroaminoto kemudian berkembang --dengan nama Sarekat Islam-- dengan bergabungnya tokoh-tokoh pergerakan nasional yang berasal dari luar Jawa seperti H Agus Salim, AM Sangaji, Abdul Muis.

Ikhtisar:

- Masyarakat Laweyan tidak terpengaruh pada kebudayaan feodal dengan kelompok bangsawan dan priyayi. Mereka cenderung mandiri, egaliter, dan 'berani' kepada Pemerintah Kolonial Belanda. Mereka dikenal sebagai masyarakat yang memiliki jiwa dagang.

- Sejarah mencatat kawasan ini sebagai tempat lahirnya organisasi pergerakan pribumi yang pertama, Sarikat Dagang Islam yang didirikan KH Samanhudi, seorang pedagang batik, pada 1905.
( poy )









0 Comments:

Post a Comment

<< Home